Opening

Rabu, 10 April 2013

Kemesraan


Kemesraan selalu terkait dengan kasih sayang dan cinta  terasa gersang. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kemesraan itu merupakan bumbu atau pemanis didalam berkasih sayang.
          Merealisasikan bentuk kemesraan dalam kehidupan manusia, wadahnya antara lain melaui tulisan seperti cerita pendek, novel, syair-syair lagu dan puisi, termasuk juga prosa.
          Jika kemesraan dipadukan dengan keharmonisan (harmoni), maka kemesraan didalam kasih
sayang  pasti akan harmonis, sepanjang tidak dihadirkan”semu”, baik dalam kemesraan maupun dalam kasih sayang.
          Kemesraan yang terpadu dalam kasih sayang di lingkungan keluarga(ayah, ibu, dan anak-anak) ,tampil dengan kesewajaran yang harmonis, saling menyayangi , guna  menbina keutuhan rumah tangga. Maka  berfungsilah  komunikasi lintas, terbuka timbal balik antara sesama anggota keluarga dalam rumah tangga.
          Lain halnya jika kemesraan itu terkait dengan hubungan muda-mudi yang dilanda cinta. Pasti bentuk dan sasaran kemesraaan jauh berbeda dibanding dengan kemesraan suami istri dan anak-anak dalam lingkungan kelurga yang sakinah. Bentuk kemesraan yang disebutkan terdahulu selalu menuntut bebas dari belenggu pengawasan.
          Resiko dari hasil paduan kemesraan yang berlebihan itu biasanya ditanggung bersama atau salah satu pihak harus dikorbankan. Bentuk kemesraaan seperti inilah sedapat mungkin diarahkan guna menghindari pencermaran. Kasus-kasus yang terjadi dikalangan masyarakat (biasanya dinamai kawin kecelakaan, hamil diluar nikah, tindakan menggugurkan), semuanya merupakan hasil dari wujud kemesraan yang melewati batas. Jika demikian halnya, maka bagaimana seharusnya kemesraan itu dibina agar tidak tercemar? Jawabannya diserahkan kepada masing-masing orang. Namun yang terpenting dalam hal ini adalah kesadaran, tanggung jawab, nama baik, harga diri, serta pengendalian diri.
          Wujud kemesraan dalam kehidupan bertetangga lain lagi bentuknya. Dalam lingkup ini masih dianggap bernilai tinggi, pameo klasik yang menyatakan :”tetangga adalah   saudara terdekat, dibanding dengan keluarga dan saudara kandung yang tempat tinggalnya jauh.”Dikaji lebih mendalam pemeo klasik tersebut berkaitan dengan kemesraaan, maka terungkaplah hal-hal sebagai berikut:
a.       Berusahalah dalam kehidupan sehari-hari agar tidak menganggap tetangga  sebagai saingan;
b.      Berusahalah sedikit demi sedikit menghilangkan sifat iri  terhadap tetangga dalam hal kemampuan  memiiki sesuatu;
c.       Berusahalah agar tidak mencampuri pertengkaran anak-anak kecil. Biasanya setelah bertengkar anak-anak kecil itu berdamai  dan bermain bersama-sama kembali.
d.      Beruasahalah untuk menghindari pergunjingan , saling mencela, mau menganggap  diri sendiri lebih hebat dibanding dengan tetangga lainnya;
e.       Berusahalah agar tdak terjebak dalam kesibukan mencampuri urusan rumah tangga tetangga. Sekaligus juga berusaha agar tidak saling menyambung cerita dengan sesama tetangga,mengenai kekurangan yang dimilki oleh tetangga lain.
f.       Berusahalah agar selalu ramah dengan sesama tetangga, saling menolong tanpa pamrih, serta bersikap tidak menbeda-bedakan antara tetangga yang satu dengan yang lainnya.

     Kemesraan hidup bertetangga berlandaskan kepada hal-hal yang disebutkan diatas, niscaya akan menjadi tali pengikat dalam membentuk kerukunan berkehidupan yang layak. Selain itu pasti akan tercegah timbulnya konflik, karena antara sesama tetangga saling menghormati, saling menghargai, sehingga akan terbina kerjasama sosial dalam kehidupan yang harmonis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar