Opening

Rabu, 10 April 2013

Epistemologi


Istilah epistemology berasal dari bahasa yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu episteme yang berarti pengetahuan, dan logos yang berarti pikiran, teori atau ilmu. Jadi, epistemology berarti pikiran atau teori tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Istilah lain juga biasa digunakan, yaitu teori pengetahuan (theory of knowledge) atau filsafat pengetahuan (philosophy of knowledge).
Menurut Pedjiadi (2001: 13) epistemology adalah cabang filsafat yang membahas tentang pengetahuan, adapun yang dibahas antara lain adalah asal mula, bentuk atau struktur, dinamika, validitas, dsan metodologi, yang bersama-sama membentuk pengetahuan manusia.
Secara umum, Harold H. Titus ( 1984 : 187-188 ) menyatakan bahwa epistemologi mengkaji tiga persoalan pokok, yaitu sebagai berikut :
1.      Apakah sumber-sumber pengetahuan ? Dari manakah pengetahuan yang benar itu datang dan bagaimana kita mengetahuinya ?
2.      Apakah sifat dasar pengetahuan ? apa ada alam yang benar-benar di luar pikiran kita ? kalau ada, apakah kita dapat mengetahuinya ?
3.      Apakah pengetahuan kita itu benar ( valid ) ? bagaimanakah kita dapat membedakan yang benar dari yang salah?
Menurut Mohammad Muslih ( 2005 : 68 ), tiga persoalan pokok tersebut sekaligus merupakan objek formal dari epistemology, yakni sebagai perspektif dalam melihat objek materialnya, dalam hal ini adalah pengetahuan. Inilah yang kemudian dikenal dengan hakikat pengetahuan, yang tak lain adalah jawaban atas beberapa persoalan pokok di atas.

Istilah-Istilah lain yang setara dengan epistemologi adalah :
a.       Kriteriologi, yakni cabang filsafat yang membicarakan ukuran benar atau tidaknya ilmu pengetahuan.
b.      Kritik pengetahuan, yakni pembahasan mengenai pengetahuan secara kritis.
c.       Gnosiology, yaitu perbincangan mengenai pengetahuan yang bersifat ilahiah ( gnosis ).
d.      Logika material, yaitu pembahasan logis dari segi isinya, sedangkan logika formal lebih menekankan pada segi bentuknya ( Soemargono, 1987 : 5 ). Obyek formalnya adalah hakikat pengetahuan. Setiap filsuf menawarkan aturan yang cermat dan terbatas untuk menguji berbagai tuntutan lain yang menjadikan kita dapat memiliki pengetahuan, tetapi setiap perangkat aturan harus benar-benar mapan. Sebab definisi tentang “kepercayaan”, “kebenaran” merupakan problem yang tetap dan terus menerus ada, sehingga teori pengetahuan tetap merupakan suatu bidang utama dalam penyelidikan utama dalam penyelidikan filsafat ( Sontag, 1984 : 11 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar