Opening

Rabu, 10 April 2013

Aliran-Aliran Teori Pengetahuan


Pengetahuan itu diperoleh manusia melalui berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Menurut Ahmad Tafsir (2005:24-25) ada beberapa aliran yang mengkaji tentang cara memperoleh pengetahuan tersebut, antara lain aliran Empirisme, Rasiopnalisme, Positivisme dan Intuisionisme yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1.      Aliran Empirisme
Kata Empiris ini berasal dari kata yunani ‘Empeirikos’ yang berarti pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Pengalaman yang dimaksud
adalah pengalaman inderawi. Sebagai contih, manusia tahu garam itu asin karena mencicipinya.
Salah satu tokoh aliran empirisme ini adalah John Locke (1632-1704), mengemukakan manusia iti pada mulanya kosong dari pengetahuan, namun karena pengalamanlah ia memperoleh pengetahuan. Sesuatu yang tidak dapat diamati dengan indera bukanlah pengetahuan yang benar. Pengalaman indera itulah sumber pengetahuan yang benar.
2.      Aliran rasionalisme
Aliran Rasionalisme mengajarkan bahwa melalui akalnya manusia dapat memperoleh pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Tokoh yang paling terkenal dalam aliran ini adalah Rene Descartes yang hidup pada tahun 1596-1650.
Aliran rasionalisme menegaskan bahwa untuk sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata-mata dengan akalnya, namun demikian, aliran Rasuionalisme juga tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan : pengetahuan indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja.
3.      Aliran Positivisme
Aliran Positivisme ini lahir sebagai penyeimbang pertentangan yang terjadi antara aliran Empirisme dan aliran Rasionalisme. Aliran Positivisme ini lahir berusaha menyempurnakan aliran empirisme dan aliran rasionalisme, dengan cara memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran.
Tokoh yang tergolong dalam aliran Positivisme ini adalah August Comte (1798-1857). Comte berpendapat bahawa indera itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen.
4.      Aliran Intuisionisme
Tokoh dari Aliran intuisionisme ini adalah Henri Bergson (1859-1941). Ia berkeyakinan bahwa akal dan indera memiliki keterbatasan. Karena menurutnya, objek-objek yang kita tangkap itu adalah objek yang selalu berubah. Jadi, pengetahuan yang telah dimiliki manusia tidak pernah tetap. Demikian halnya akal, akal hanya dapat memahami suatu objek bilaia mengonsentrasikan dirinya pada objek itu. Dengan menyadari keterbatasan indera dan akal seperti tersebut diatas,  Bergson mengembangkan satu kemampuan tingakat tinggi yang dimilki manusia, yaitu intuisi. Intuisi ini adalah hasil evolusi pemahaman yang tertinggi. Pengembangan kemampuan intuisi memerlukan suatu usaha. Usaha inilah yang dapat memahami kebenaran yang utuh, yang tetap. Intuisi ini menangkap objek secara langsung tanpa pemikiran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar