Istilah epistemology berasal dari bahasa yunani,
yang terdiri dari dua kata, yaitu episteme yang berarti pengetahuan, dan logos
yang berarti pikiran, teori atau ilmu. Jadi, epistemology berarti pikiran atau
teori tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Istilah lain juga biasa
digunakan, yaitu teori pengetahuan (theory of knowledge) atau filsafat
pengetahuan (philosophy of knowledge).
Menurut Pedjiadi (2001: 13) epistemology adalah
cabang filsafat yang membahas tentang pengetahuan, adapun yang dibahas antara
lain adalah asal mula, bentuk atau struktur, dinamika, validitas, dsan
metodologi, yang bersama-sama membentuk pengetahuan manusia.
Secara umum, Harold H. Titus ( 1984 : 187-188 )
menyatakan bahwa epistemologi mengkaji tiga persoalan pokok, yaitu sebagai
berikut :
1. Apakah
sumber-sumber pengetahuan ? Dari manakah pengetahuan yang benar itu datang dan
bagaimana kita mengetahuinya ?
2. Apakah
sifat dasar pengetahuan ? apa ada alam yang benar-benar di luar pikiran kita ?
kalau ada, apakah kita dapat mengetahuinya ?
3. Apakah
pengetahuan kita itu benar ( valid ) ? bagaimanakah kita dapat membedakan yang
benar dari yang salah?
Menurut Mohammad Muslih ( 2005 : 68 ), tiga
persoalan pokok tersebut sekaligus merupakan objek formal dari epistemology,
yakni sebagai perspektif dalam melihat objek materialnya, dalam hal ini adalah
pengetahuan. Inilah yang kemudian dikenal dengan hakikat pengetahuan, yang tak
lain adalah jawaban atas beberapa persoalan pokok di atas.
Istilah-Istilah lain yang setara dengan epistemologi
adalah :
a. Kriteriologi,
yakni cabang filsafat yang membicarakan ukuran benar atau tidaknya ilmu
pengetahuan.
b. Kritik
pengetahuan, yakni pembahasan mengenai pengetahuan secara kritis.
c. Gnosiology,
yaitu perbincangan mengenai pengetahuan yang bersifat ilahiah ( gnosis ).
d. Logika
material, yaitu pembahasan logis dari segi isinya, sedangkan logika formal
lebih menekankan pada segi bentuknya ( Soemargono, 1987 : 5 ). Obyek formalnya
adalah hakikat pengetahuan. Setiap filsuf menawarkan aturan yang cermat dan
terbatas untuk menguji berbagai tuntutan lain yang menjadikan kita dapat
memiliki pengetahuan, tetapi setiap perangkat aturan harus benar-benar mapan.
Sebab definisi tentang “kepercayaan”, “kebenaran” merupakan problem yang tetap
dan terus menerus ada, sehingga teori pengetahuan tetap merupakan suatu bidang
utama dalam penyelidikan utama dalam penyelidikan filsafat ( Sontag, 1984 : 11
)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar