Opening

Selasa, 11 Desember 2012

Implementasi Kurikulum Eksperensial

Implementasi kurikulum eksperensial yang dikehendaki tak dapat dilepaskan dari peran ujung tombak pelaksana orkestrasi pembelajaran, yaitu guru. Ciri khas yang masih dominan di lingkungan pendidikan adalah bahwa guru memainkan peranan sebagai operator kurikulum dengan kinerja following direction dan sendiri saja. Dengan demikian guru hanyalah pelaksana petunjuk pelaksanaan, ‘pengabar isi buku teks’, termasuk jika isinya kurang akurat, ‘pengangkut’ pokok bahasan yang terkandung dalam kurikulum formal. Dari segi teknis, penampilan kurikulum eksperensial yang kurang bermutu dapat dirunut hingga kurangnya penguasaan salah satu atau lebih dari keempat pilar penopang kemampuan profesional keguruan/ kependidikan yang terdiri atas: a. Materi dan metodologi bidang ilmu sumber bahan ajaran (disiplinary content knowledge); b. Cara memilih, menata serta merepresentasikan materi bidang ilmu sumber bahan ajaran sesuai dengan rujukan kurikuler tertentu (curricular content knowledge) c. Proses belajar siswa yang merupakan kelompok layanan (how students learn); d. Prosedur yang membelajarkan siswa (how to facilitate student learning). Bila demikian, kurikulum eksperensial takkan menjadi komposisi yang menarik pebelajar untuk berperan serta aktif dalam orkestra pembelajaran. Pusat perhatian mereka – mau tak mau – adalah guru yang ‘bermain sendiri’, tak jarang terjadi: dengan berbagai keluguannya. Padahal, rancangan belajar yang disebut kurikulum itu sebenarnya tak hanya merefleksikan isi, melainkan juga bagaimana suatu pembelajaran dilakukan dalam konteks tertentu dan dalam kaitan dengan populasi tertentu (context, analysis, content analysis, target group analysis). Dengan kata lain, kurikulum eksperensial harus digelar secara tepat sehingga berdampak mengundang para siswa untuk tampil sebagai active, social, and creative learners melalui penyediaan lingkungan belajar yang di satu pihak menantang dan menuntut, tetapi di pihak lain juga memfasilitasi dan memberikan pelayanan yang setimpal kepada mereka. Sebagai active learner, siswa harus diberi kesempatan untuk mengamati, berdiskusi, berargumentasi dan berhipotesis serta menguji kesahihan hipotesisnya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar