Opening

Jumat, 20 Desember 2013

Semangat Juang Sang Mahasiswa



Begitu pentingkah beasiswa bagi para mahasiswa ? Jawabannya sudah pasti iya, semua mahasiswa mulai dari kalangan bawah sampai kalangan paling atas membutuhkan dana bantuan pendidikan atau lazimnya dikenal dengan istilah beasiswa dan tentunya beasiswa telah menjadi harapan setiap mahasiswa yang melanjutkan studinya ke Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta. Seperti halnya mahasiswa yang satu ini, Arifin namanya. Dia merupakan salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomi angkatan 2011 Di Universitas Negeri Makassar yang berasal dari Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan ( PangKep ) tepatnya Di Desa Bulu Cindea Kecamatan Bungoro dan terbilang kurang mampu, sehingga sangat mengharapkan dan benar-benar membutuhkan beasiswa untuk kelancaran studinya . Namun Kenyataan yang terjadi hingga memasuki
semester 5 tidak ada satupun beasiswa yang bisa Arifin kantongi,entah kapan dia datang ? aku hanya bisa bersabar menantinya,”lirih Arifin”.         Perjuangannya untuk merebut beasiswa berawal dari beasiswa Bidikmisi yang merupakan beasiswa yang diluncurkan sejak tahun 2010  oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sebesar Rp.3.900.000,- / Semester untuk mahasiswa yang berprestasi namun dari segi ekonomi kurang mampu. Karena jumlahnya yang terbilang cukup besar dan semua kebutuhan selama kuliah bisa terpenuhi, akhirnya beasiswa bidikmisi ini menjadi incaran dan rebutan bagi para mahasiswa. Bahkan terdengar kabar bahwa banyak mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi berasal dari kalangan atas atau keluarga yang mampu dikarenakan mempunyai link atau jaringan dalam kampus.   
            Dengan bekal prestasi, Arifin pernah dua kali berkesempatan besar untuk mendapatkan beasiswa Bidikmisi, tetapi  semuanya kandas dan berlalu begitu saja. Kesempatan pertama datang dikala terbukanya pendaftaran  Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri ( SNMPTN ) Jalur Undangan 2011 oleh seluruh Perguruan Tinggi Negeri Di Indonesia untuk siswa kelas XII yang masuk peringkat 5 besar dengan melakukan penyeleksian melalui nilai rapor. Setelah hari pengumuman  kelulusan  SNMPTN Jalur Undangan tiba, Arifin melakukan pengecekan di internet dan yang terlampir adalah nomor pesertanya dinyatakan tidak lulus, Oh My God ? sangat tidak setuju dan kecewa dengan hasil yang pahit ini,”pinta Arifin”. Tetapi dia menyadari bahwa ini menjadi tahap awal untuk memulai sebuah perjuangan dan peristiwa ini akan menjadi motivasi untuk kedepannya, mengapa ? dibalik semua ini masih banyak jalan rezeky yang menanti didepan dan akan lebih baik dari yang sebelumnya. Selepas dari kegagalannya masuk di Universitas Negeri Makassar melalui SNMPTN 2011 Jalur Undangan ditambah beasiswa melayang nan jauh, tetapi Alhamdulillah yang Maha Kuasa tetap memberinya petunjuk dan terus bersabar hingga datang kelulusannya melalui Jalur kedua yaitu Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri ( SNMPTN ) 2011 Jalur Tertulis dan terdaftarlah Arifin secara resmi sebagai Mahasiswa Universitas Negeri Makassar Di Fakultas Ekonomi Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi meski tanpa paket beasiswa. Berawal dari itulah dia mulai berargumen bahwa masih banyak jalan untuk memperoleh beasiswa di Kampus Oranges itu.                                                                     
            Memasuki semester 3, kesempatan keduanya pun datang dikala berhembus kabar bahwa ada beberapa penerima beasiswa Bidikmisi yang seharusnya tidak layak untuk menerima atau diistilahkan salah bidik tetapi tetap mendapatkan bonus beasiswa.  Kabar tak sedap itupun sampai ke telinga birokrasi kampus dan mengharuskan beasiswa itu dicabut dan akan digulirkan ke angkatan 2011. Jadi kabar itu seakan menjadi  jawaban dari Yang Maha Kuasa atas buah kesabaran dan do’a orang tuanya serta orang-orang yang berpengaruh dalam hidupnya, hal itulah yang membuat dia optimis untuk memperoleh beasiswa Bidikmisi. Tanpa mengulur waktu, dengan sigap Arifin mulai mengumpulkan berkas atau persyaratan yang harus dipenuhi utamanya menunjukkan bukti prestasi akademik berupa Indeks Prestasi Kumulatif ( IPK ) sementara yang harus diatas 3,50 dan disahkan oleh Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi. Setelah persyaratannya dipenuhi dan mengumpulkan berkas ke Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan ( BAAK ), Arifin dengan kesabarannya menunggu informasi mengenai penyeleksian berkas dan wawancara sampai batas waktu yang telah ditentukan dan tidak berlangsung lama, hadirlah hari paling istimewa dimana diumumkannya penerima Bidikmisi baru yang ternyata hasilnya sama sekali mengecewakan dan menurunkan kadar semangatnya untuk bisa memperoleh beasiswa Bidikmisi tersebut, mengapa tidak ? sejumlah nama – nama yang terlampir dalam daftar pengganti penerima beasiswa bidikmisi sebagian besar adalah nama yang tidak pernah ada ketika sesi wawancara . Bukan hanya itu polemik permasalahan atau kejanggalan yang terjadi dibenak Arifin dan peserta calon penerima beasiswa yang lainnya, akan tetapi ternyata beasiswa bidikmisi yang awalnya hanya diperuntukkan untuk angkatan 2011 nyatanya berbanding terbalik dengan kejadian yang sebenarnya, beasiswa itu ternyata terbagi ke angkatan yang lainnya seperti angkatan 2009, 2010 dan 2012 turut andil dalam menerima beasiswa bidikmis itu. Berbekal dari pengalaman yang telah dilaluinya, menunjukkan respon negatif bahwa ada permainan dalam atau lebih dikenal dengan istilah hubungan keluarga, hal yang satu inilah sering berhembus dari mulut para mahasiswa, “Benar atau tidaknya isu miring itu bukanlah masalah yang harus dibesarkan - besarkan, biarkan mereka menikmati apa yang bukan menjadi haknya, tentunya akan ada imbas terhadap apa yang telah diperbuatnya.”Tegas Arifin”. Kembali ke topik utama, sejak dua kali dia tidak sukses memperoleh beasiswa Bidikmisi dengan persoalan yang berbeda, seakan menandai akan terhenti niatnya untuk memperebutkan beasiswa tersebut.                      Belajar dari pengalaman, Arifin kembali mencoba peruntungan baru Di Fakultas Ekonomi yang menyediakan beasiswa prestasi dan kurang mampu yang masing – masing bernama beasiswa PPA yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang mengantongi predikat Indeks Prestasi Kumulatif ( IPK ) Sementara diatas 3,50 dan beasiswa BBM untuk yang kurang mampu. Tetap berusaha untuk memperoleh beasiswa, persyaratan pun telah diselesaikannya dan berkaspun telah disetor ke Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi . Keragu-raguan kembali menyelimuti dirinya, akan tetapi dia mencoba untuk melenyapkan pemikiran negatif itu bahwa semua beasiswa yang ada di kampus seperti Bidikmisi, PPA maupun BBM itu di seleksi semua pihak kampus sesuai dengan egonya sendiri tanpa mempertimbangkan rangking prestasi mahasiswa dalam bahasa kasarnya keluarga dosen. Hal inilah yang terus merasuk dibenak para pendaftar utamanya Arifin yang tidak mempunyai keluarga di kalangan kampus, meski isu tersebut sampai ditelinganya, tetapi tidak menyurutkan semangatnya untuk ambil bagian dalam memperoleh beasiswa PPA dan BBM. Alhasil, sampai sekarang pengumuman penerima beasiswa PPA dan BBM tidak kunjung datang tetapi kembali berhembus kabar angin bahwa beasiswa PPA dan BBM diberikan secara terselubung ke mahasiswa yang mempunyai keluarga dari dosen UNM yang artinya keluarga dosen akan menghubungi pihak yang diberikan kewenangan bagian beasiswa untuk mendata nama mahasiswanya dan isu yang beredar itu lebih diperjelas lagi bahwa semuanya bukanlah fiktif belaka, memang ada mahasiswa yang namanya telah terdaftar Di Fakultas Ekonomi bahkan rekening yang dimilikinya telah bersiap-siap untuk menerima beasiswa PPA atau BBM. Meskipun itu belum benar, pemberitaan itu sepertinya menjadi tamparan keras untuk berhenti berburu beasiswa dikampus dan Arifin hanya mampu bertawakkal dengan hasil yang yang ada . Ya Allah, betapa tidak adilnya ini semua ? Padahal saya sangat membutuhkan beasiswa tersebut untuk bisa meringankan beban orang tua yang juga sangat terbatas dalam pemenuhan kebutuhan keluarga sehari-hari,” Tutur Arifin  dalam hati kecil dan disetiap lantunan do’anya”. Membayangkan sosok orang tua yang terlintas dipikirannya semakin menambah kesedihannya,”Ibu, ayah, anakmu ini belum bisa memberikan yang terhebat.      Begitu banyak beasiswa yang disediakan di dalam kampus, tetapi tidak ada satupun yang berani diamankan oleh Arifin. ditambah lagi beasiswa yang ada diluar kampus seperti beasiswa Yayasan Kalla yang diperuntukkan untuk seluruh mahasiswa baru yang ada di Indonesia baik Negeri maupun Swasta, sebenarnya beasiswa ini 100 % Arifin telah kantongi, tetapi pihak Yayasan Kalla melakukan pembatalan dikarenakan hanya 5 Universitas yang berhak ambil bagian yaitu ITB, UGM, UI, IPB dan UNPAD, padahal di perjanjian awal tidak seperti itu dan pihak Yayasan Kalla menyalahi aturan yang telah dibuatnya sendiri. Arifin semakin  terpukul pasca penerimaan informasi dari pihak Yayasan Kalla dan menerima semua hasilnya dengan lapang dada karena menganggap itulah yang terbaik dalam hidupnya. Selain beasiswa Yayasan Kalla, Arifin juga berusaha ambil bagian di beasiswa BCA Finance dan beasiswa Pertamina Foundation yang lebih bergengsi, akan tetapi hasilnya sama saja.”Itu belum rezekiku,”Kata Arifin”.                                    Begitu banyak peluang beasiswa tetapi apa daya masih bertolak dengannya. Menginjak pertengahan semester 5 atau menjelang semester 6 yang begitu singkat, terlintas dipikirannya tentang apa yang telah dia berikan ke orang tuanya. Dia mengungkapkan bahwa belum ada hal yang luar biasa yang mampu memberikan kejutan – kejutan kebahagiaan. Harapan untuk bisa mengambil  satu beasiswa entah dari luar maupun dari dalam ruang kampus sudah sangat jauh atau sulit tetapi kibaran semangat tetap hidup dalam dirinya, berusaha dan selalu berdo’a harus tertunaikan semaksimal mungkin, karena semua itu bakal menjadi kunci kesuksesannya. Arifin juga menambahkan bahwa sekarang yang terpenting adalah menata kembali pikiran yang kacau agar bisa melakukan hal – hal yang positif, tanpa beasiswa bukan berarti gagal, tetapi masih banyak agenda positif yang dapat menghasilkan sebuah penghasilan demi mendukung kelancaran studinya. Salah satu kegiatan positif yaitu dengan berwirausaha.
            Memasuki semester 5, dia berusaha tidak mau lagi merepotkan atau meminta biaya kuliah ke orang tuanya, tetapi berusaha sendiri untuk mandiri,”Kalau bukan sekarang kapan lagi ?”Tegas Arifin”. Meskipun berbisnis kecil – kecilan dan mendapatkan penghasilan seadanya, yang paling terpenting bagi Arifin adalah sudah memberikan yang terbaik kepada keluarga utamanya orang tuanya. Terkadang orang tuanya keheranan karena tidak pernah meminta uang kuliah lagi dan orang tuanya juga malah bangga terhadap anaknya yang mau berusaha untuk mandiri. Senyuman bercampur haru selalu dinampakkan Arifin setiap berbalik ke kampung halamannya dan menanyakan keadaan orang tuanya, “Apakah Ibu dan Ayah baik – baik saja ?”Alhamdulillah Sehat Selalu”, Betapa bahagianya Arifin mendengar jawaban dari orang tuanya. Begitupun dengan orang tuanya yg balik bertanya, Dia pun menjawab demikian dan menambahkan sepatah kata yaitu selama kalian berdua mendo’akan anakmu ini, InsyaAllah Allah selalu melindungiku. Sedih yang dirasakan setiap melihat keadaan orang tuanya, kapan ya saya bisa membalas semua  yang telah beliau berikan hingga saat ini ?,”Pintanya dalam hati”. Timbullah dalam benaknya seuntaian  kalimat yang selalu juga dipanjatkan setiap dia berdo’a kepada Yang Maha Kuasa, “ Ya Allah, begitu berat hidup ini untuk kujalani, berikanlah kemampuan dan kekuatan untuk menjalani hidup ini. Ya Allah, jangan engkau mengambil beliau sebelum hamba memberikan sesuatu yang berharga sesuai dengan harapan dan cita – cita  beliau sebagaimana dengan perjuangan yang telah diberikan sehingga saya bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi seperti sekarang ini. Tunjukkanlah hambamu ini jalan yang Engkau Ridhoi hingga hamba bisa menuju pintu keridhoanMu. Itulah seuntaian kalimat yang selalu hadir disetiap kali Arifin berdo’a dan menjadi penutup dalam bingkai tulisan ini. Sekian dan terima kasih

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. apa saja pertanyaan pada saat wawancara beasiswa kalla ?

    BalasHapus