Dalam suatu kehidupan setiap saat terjadi suatu proses belajar mengajar,
baik disengaja maupun tidak disengaja, disadari atau tidak disadari. Dalam proses pembelajaran unsur belajar memegang peranan penting. Belajar merupakan suatu proses dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar juga merupakan suatu aktivitas mental
dan fisik yang berlangsung dengan interaksi aktif dengan lingkungan, pemahaman,
keterampilan, dan nilai sikap.
Belajar merupakan proses manusia untuk
mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai
sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Kemampuan manusia untuk belajar
merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup
lainnya.
Cronbach dalam Baharuddin, dkk (2007:13) ”Learning is shown by change in behavior as result of experience”.
Menurut defInisi tersebut,
Belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman. Dengan pengalaman tersebut
pelajar menggunakan seluruh pancaindranya.
Bell-Gredler dalam Baharuddin, dkk (2007:12) Belajar mempunyai keuntungan,
baik bagi individu maupun bagi masyarakat, bagi individu kemampuan untuk
belajar secar terus menerus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan
kualitas hidupnya, sedangkan bagi masyarakat belajar mempunyai peran yang
penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi.
Hudoyo dalam Lisnawati (2010:6) mengulas tentang belajar sebagai berikut: “Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang.
Pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk dan berkembang
disebabkan karena belajar".
Proses belajar terjadi karena adanya interaksi
antara peserta didik dengan lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungannya perlu diatur sedemikian rupa sehingga
timbul reaksi peserta didik ke arah perubahan tingkah laku yang diinginkan.
Belajar membawa sesuatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu
tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan,
kebiasaan sikap, pengertian, penghargaan, minat dan penyesuaian diri. Oleh karena itu, seseorang yang belajar tidak sama lagi pada saat sebelum belajar. la lebih
sanggup menghadapi kesulitan memecahkan masalah atau menyesuaikan diri dengan
keadaan dan ia tidak hanya menambah pengetahuannya, akan tetapi dapat pula
menerapkannya secara fungsional dalam situasi hidupnya.
Dalam pembelajaran
Sosiologi di kelas peserta didik juga diharapkan dapat mencapai indikator yang
telah direncanakan sebelumnya. Hal ini sebagai tolak ukur
perubahan tingkah laku yang dialami peserta didik.
Pada prinsipnya proses belajar yang dialami
manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang
terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan terbatas pada dinding
kelas. Hal ini didasari pada asumsi bahwa di sepanjang kehidupannya,
manusia akan selalu dihadapkan pada masalah-masalah, rintangan-rintangan dalam
mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan ini. Prinsip belajar
sepanjang hayat ini sejalan dengan empat pilar pendidikan universal seperti
yang dirumuskan UNESCO, yaitu: (1) learning to know, yang berarti juga
learning
to learn; (2) learning to do; (3) learning
to be, dan (4) learning to live together.
Learning to know atau learning
to learn mengandung pengertian bahwa belajar itu pada dasarnya
tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga
harus berorientasi kepada proses belajar. Dengan proses belajar, siswa bukan
hanya sadar akan apa yang harus dipelajari, akan tetapi juga memiliki kesadaran
dan kemampuan bagaimana cara mempelajari yang harus dipelajari itu.
Learning to do
mengandung pengertian bahwa belajar itu bukan hanya sekedar mendengar dan
melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan
akhir penguasaan kompetensi yang sangat diperlukan dalam era persaingan global.
Learning to be
mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk manusia yang “menjadi
dirinya sendiri”. Dengan kata lain, belajar untuk mengaktualisasikan dirinya
sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab
sebagai manusia.
Learning to live together adalah
belajar untuk bekerjasama. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntunan
kebutuhan dalam masyarakat global dimana manusia baik secara individual maupun
secara kelompok tak mungkin bisa hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama
kelompoknya.
Proses pembelajaran yang akan disiapkan oleh
seorang guru hendaknya terlebih dahulu harus memperhatikan teori-teori yang
melandasinya. Ada beberapa teori belajar yang mendukung pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri diantaranya:
a.
Teori Piaget
Menurut Piaget perkembangan kognitif pada anak
secara garis besar terbagi empat periode yaitu: a) Periode Sensori Motor (0–2 tahun); b) Periode Praoperasional
(2-7 tahun); c) Periode Operasional Konkrit (7-11 tahun); d) Periode Operasi Formal (11-15) tahun. Sedangkan konsep-konsep
dasar proses organisasi dan adaptasi intelektual menurut Piaget yaitu: skemata
(dipandang sebagai sekumpulan konsep); asimilasi (peristiwa mencocokkan
informasi baru dengan informasi lama yang telah dimiliki seseorang; akomodasi
(terjadi apabila antara informasi baru dan lama yang semula tidak cocok
kemudian dibandingkan dan disesuaikan dengan informasi lama); dan equilibrium
(bila keseimbangan tercapai maka siswa mengenal informasi baru).
b.
Teori Bruner
Teori
belajar Bruner hampir serupa dengan teori Piaget, Bruner mengemukakan bahwa
perkembangan intelektual anak mengikuti tiga tahap representasi yang berurutan,
yaitu: a) Enaktif,
segala perhatian anak tergantung pada responnya; b) Ikonik, pola berpikir anak tergantung pada
organisasi sensoriknya dan c) Simbolik,
anak telah memiliki pengertian yang utuh tentang sesuatu hal sehingga anak
telah mampu mengutarakan pendapatnya dengan bahasa.
Implikasi
teori Bruner dalam proses pembelajaran adalah menghadapkan anak pada suatu
situasi yang membingungkan atau suatu masalah. Dengan
pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali
struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dalam
benaknya.
c.
Teori Vygotsky
Teori
Vygotsky beranggapan bahwa pembelajaran terjadi apabila anak-anak bekerja atau
belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas itu masih berada dalam
jangkauan kemampuannya (zone of proximal development),
yaitu perkembangan kemampuan siswa sedikit di atas kemampuan yang sudah
dimilikinya. Vygotsky juga menjelaskan bahwa proses belajar terjadi pada dua
tahap yaitu: tahap
pertama terjadi pada saat berkolaborasi dengan orang lain, dan tahap berikutnya
dilakukan secara individual yang di dalamnya terjadi proses internalisasi.
Selama proses interaksi terjadi, baik antara guru-siswa maupun antar siswa,
kemampuan seperti saling menghargai, menguji kebenaran pernyataan pihak lain,
bernegosiasi, dan saling mengadopsi pendapat dapat berkembang.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar