Begitu pentingkah beasiswa
bagi para mahasiswa ? Jawabannya sudah pasti iya, semua mahasiswa mulai
dari kalangan bawah sampai kalangan paling atas membutuhkan dana bantuan
pendidikan atau lazimnya dikenal dengan istilah beasiswa dan tentunya beasiswa
telah menjadi harapan setiap mahasiswa yang
melanjutkan studinya ke
Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta. Seperti
halnya mahasiswa yang satu ini, Arifin namanya. Dia merupakan
salah satu mahasiswa Fakultas
Ekonomi angkatan 2011 Di Universitas Negeri
Makassar yang berasal dari Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
( PangKep ) tepatnya Di Desa Bulu Cindea Kecamatan Bungoro dan terbilang kurang
mampu, sehingga sangat mengharapkan dan benar-benar
membutuhkan beasiswa untuk kelancaran
studinya .
Namun Kenyataan yang terjadi hingga memasuki
semester 5 tidak ada satupun beasiswa
yang bisa Arifin kantongi, “entah kapan dia datang
? aku hanya bisa bersabar menantinya,”lirih Arifin”.
Perjuangannya
untuk merebut beasiswa berawal dari beasiswa
Bidikmisi yang merupakan beasiswa
yang
diluncurkan sejak tahun 2010
oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI sebesar Rp.3.900.000,- /
Semester untuk mahasiswa yang berprestasi namun
dari segi ekonomi kurang mampu. Karena
jumlahnya yang terbilang cukup
besar dan semua kebutuhan selama
kuliah bisa terpenuhi, akhirnya beasiswa bidikmisi ini menjadi incaran dan rebutan bagi para mahasiswa. Bahkan terdengar kabar bahwa banyak mahasiswa
penerima beasiswa Bidikmisi berasal dari kalangan atas atau keluarga yang mampu
dikarenakan mempunyai link atau jaringan dalam kampus.
Dengan
bekal prestasi, Arifin pernah dua kali berkesempatan besar untuk mendapatkan beasiswa
Bidikmisi, tetapi semuanya kandas
dan berlalu begitu saja. Kesempatan pertama datang dikala terbukanya pendaftaran Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri ( SNMPTN ) Jalur
Undangan 2011 oleh seluruh Perguruan
Tinggi Negeri Di Indonesia untuk
siswa kelas XII yang masuk peringkat 5 besar dengan melakukan penyeleksian melalui nilai rapor.
Setelah hari
pengumuman kelulusan SNMPTN
Jalur Undangan
tiba,
Arifin melakukan pengecekan di internet
dan yang terlampir adalah nomor pesertanya
dinyatakan tidak lulus, “Oh
My God ? sangat
tidak setuju dan kecewa dengan
hasil yang pahit ini,”pinta Arifin”. Tetapi dia menyadari bahwa ini menjadi tahap awal untuk
memulai sebuah perjuangan dan
peristiwa ini akan menjadi motivasi untuk kedepannya, mengapa ? dibalik semua
ini masih banyak jalan
rezeky yang menanti didepan dan akan lebih baik dari yang sebelumnya. Selepas dari kegagalannya masuk di Universitas
Negeri Makassar melalui SNMPTN 2011 Jalur Undangan
ditambah beasiswa
melayang nan jauh, tetapi Alhamdulillah yang
Maha Kuasa tetap memberinya
petunjuk dan terus bersabar
hingga datang kelulusannya
melalui Jalur kedua yaitu Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri ( SNMPTN ) 2011
Jalur Tertulis dan terdaftarlah Arifin
secara resmi sebagai Mahasiswa Universitas Negeri
Makassar Di Fakultas Ekonomi Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi meski tanpa paket beasiswa. Berawal dari itulah dia mulai berargumen bahwa masih banyak
jalan untuk memperoleh beasiswa di Kampus Oranges
itu.
Memasuki
semester 3, kesempatan keduanya pun datang dikala berhembus kabar bahwa ada beberapa penerima beasiswa
Bidikmisi yang seharusnya tidak layak
untuk menerima atau
diistilahkan salah bidik tetapi tetap mendapatkan bonus beasiswa. Kabar
tak sedap itupun sampai
ke telinga birokrasi kampus dan mengharuskan beasiswa itu
dicabut dan akan digulirkan ke angkatan 2011. Jadi kabar itu seakan menjadi jawaban dari Yang Maha Kuasa atas buah kesabaran dan do’a
orang tuanya
serta orang-orang yang
berpengaruh dalam hidupnya, hal
itulah yang membuat dia
optimis untuk memperoleh beasiswa Bidikmisi.
Tanpa mengulur waktu, dengan sigap Arifin mulai mengumpulkan berkas atau persyaratan
yang harus dipenuhi utamanya
menunjukkan bukti prestasi akademik berupa Indeks Prestasi Kumulatif ( IPK )
sementara yang harus diatas 3,50 dan disahkan oleh Ketua Program Studi
Pendidikan Ekonomi. Setelah persyaratannya dipenuhi dan mengumpulkan berkas ke
Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan ( BAAK ), Arifin dengan kesabarannya
menunggu informasi mengenai
penyeleksian berkas dan wawancara sampai batas waktu yang telah ditentukan
dan tidak berlangsung lama, hadirlah hari paling istimewa
dimana
diumumkannya penerima
Bidikmisi baru yang
ternyata hasilnya sama sekali
mengecewakan dan menurunkan kadar semangatnya untuk bisa memperoleh
beasiswa Bidikmisi tersebut, mengapa tidak ? sejumlah nama – nama yang
terlampir dalam daftar pengganti penerima beasiswa bidikmisi sebagian besar
adalah nama yang tidak pernah ada ketika sesi wawancara .
Bukan hanya itu polemik permasalahan atau kejanggalan
yang terjadi dibenak Arifin dan peserta calon penerima beasiswa yang lainnya,
akan tetapi ternyata beasiswa bidikmisi yang
awalnya hanya diperuntukkan untuk angkatan 2011 nyatanya berbanding terbalik dengan kejadian yang sebenarnya,
beasiswa
itu ternyata terbagi ke angkatan
yang lainnya
seperti angkatan 2009, 2010 dan 2012 turut andil dalam menerima
beasiswa bidikmis itu.
Berbekal dari pengalaman yang telah dilaluinya, menunjukkan
respon negatif bahwa
ada permainan dalam atau lebih dikenal dengan istilah hubungan keluarga, hal yang satu inilah sering
berhembus dari mulut para mahasiswa, “Benar
atau tidaknya isu miring itu bukanlah masalah yang harus dibesarkan - besarkan,
biarkan mereka menikmati apa yang bukan menjadi haknya, tentunya akan ada imbas
terhadap apa yang telah diperbuatnya.”Tegas
Arifin”. Kembali ke topik utama, sejak dua kali dia tidak sukses memperoleh beasiswa Bidikmisi dengan
persoalan yang berbeda,
seakan menandai akan terhenti
niatnya untuk memperebutkan
beasiswa tersebut. Belajar
dari pengalaman, Arifin kembali mencoba
peruntungan baru Di Fakultas Ekonomi
yang menyediakan beasiswa prestasi dan kurang mampu yang masing – masing
bernama beasiswa PPA yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang mengantongi
predikat Indeks Prestasi Kumulatif ( IPK
) Sementara diatas 3,50 dan beasiswa BBM untuk yang
kurang mampu. Tetap
berusaha untuk memperoleh beasiswa,
persyaratan pun telah diselesaikannya dan berkaspun telah disetor ke Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi .
Keragu-raguan kembali menyelimuti
dirinya, akan tetapi dia mencoba untuk melenyapkan
pemikiran negatif itu
bahwa semua beasiswa yang ada di kampus seperti Bidikmisi, PPA maupun BBM itu
di seleksi semua pihak kampus sesuai dengan egonya
sendiri tanpa mempertimbangkan rangking prestasi mahasiswa dalam bahasa
kasarnya keluarga dosen. Hal inilah yang terus merasuk dibenak para pendaftar utamanya Arifin yang tidak mempunyai
keluarga di kalangan kampus, meski
isu tersebut sampai ditelinganya, tetapi tidak
menyurutkan semangatnya
untuk ambil bagian dalam memperoleh
beasiswa PPA dan BBM. Alhasil, sampai
sekarang pengumuman penerima beasiswa PPA dan BBM tidak kunjung datang tetapi kembali berhembus kabar angin
bahwa beasiswa PPA dan BBM
diberikan secara terselubung ke
mahasiswa yang mempunyai keluarga dari dosen UNM yang
artinya keluarga dosen akan
menghubungi pihak yang diberikan kewenangan bagian beasiswa untuk mendata nama mahasiswanya
dan isu yang beredar itu lebih diperjelas lagi bahwa
semuanya bukanlah fiktif belaka, memang ada mahasiswa yang
namanya telah terdaftar Di Fakultas Ekonomi bahkan rekening yang dimilikinya telah bersiap-siap untuk menerima
beasiswa PPA atau BBM. Meskipun itu
belum benar, pemberitaan
itu sepertinya menjadi tamparan keras untuk berhenti berburu beasiswa dikampus dan Arifin hanya mampu bertawakkal
dengan hasil yang yang ada . Ya Allah, betapa tidak adilnya ini semua ? Padahal
saya sangat membutuhkan beasiswa
tersebut untuk bisa meringankan beban orang tua
yang juga sangat terbatas dalam pemenuhan kebutuhan keluarga sehari-hari,”
Tutur Arifin dalam hati kecil dan disetiap lantunan do’anya”. Membayangkan sosok
orang tua yang
terlintas dipikirannya semakin
menambah kesedihannya,”Ibu,
ayah, anakmu ini belum bisa memberikan yang terhebat. Begitu
banyak beasiswa yang disediakan di dalam
kampus, tetapi tidak ada satupun yang berani diamankan oleh Arifin. ditambah
lagi beasiswa yang ada diluar kampus seperti beasiswa
Yayasan Kalla yang diperuntukkan untuk seluruh mahasiswa baru yang ada di
Indonesia baik Negeri maupun Swasta, sebenarnya beasiswa ini 100 % Arifin telah
kantongi, tetapi pihak Yayasan Kalla melakukan pembatalan dikarenakan hanya 5
Universitas yang berhak ambil bagian yaitu ITB, UGM, UI, IPB dan UNPAD, padahal
di perjanjian awal tidak seperti itu dan pihak Yayasan Kalla menyalahi aturan
yang telah dibuatnya sendiri. Arifin semakin
terpukul pasca penerimaan informasi dari pihak Yayasan Kalla dan
menerima semua hasilnya dengan lapang dada karena menganggap itulah yang
terbaik dalam hidupnya. Selain beasiswa Yayasan Kalla, Arifin juga berusaha
ambil bagian di beasiswa BCA Finance dan beasiswa Pertamina Foundation yang lebih bergengsi, akan tetapi hasilnya sama saja.”Itu belum rezekiku,”Kata Arifin”.
Begitu banyak
peluang beasiswa tetapi apa daya masih bertolak dengannya. Menginjak pertengahan
semester 5 atau
menjelang semester 6 yang begitu singkat, terlintas dipikirannya tentang apa yang telah dia berikan ke orang tuanya. Dia mengungkapkan bahwa belum
ada hal yang luar biasa yang mampu memberikan kejutan – kejutan kebahagiaan.
Harapan untuk bisa mengambil satu
beasiswa entah dari luar maupun dari
dalam ruang kampus sudah sangat jauh atau sulit tetapi kibaran semangat tetap
hidup dalam dirinya,
berusaha dan selalu
berdo’a harus tertunaikan semaksimal
mungkin, karena semua itu bakal menjadi kunci
kesuksesannya.
Arifin juga menambahkan bahwa sekarang
yang terpenting adalah menata
kembali pikiran yang kacau agar bisa melakukan hal – hal yang positif, tanpa beasiswa
bukan berarti gagal, tetapi masih banyak agenda positif yang dapat menghasilkan
sebuah penghasilan demi mendukung
kelancaran studinya. Salah satu kegiatan positif yaitu dengan berwirausaha.
Memasuki semester 5, dia berusaha tidak mau lagi merepotkan atau meminta
biaya kuliah ke orang tuanya, tetapi berusaha sendiri untuk mandiri,”Kalau bukan sekarang
kapan lagi ?”Tegas Arifin”. Meskipun berbisnis kecil –
kecilan dan mendapatkan penghasilan seadanya, yang paling terpenting bagi Arifin adalah sudah memberikan yang
terbaik kepada keluarga utamanya orang tuanya. Terkadang orang tuanya keheranan karena tidak pernah
meminta uang kuliah lagi dan orang tuanya juga malah bangga terhadap anaknya yang mau berusaha
untuk mandiri. Senyuman bercampur haru selalu dinampakkan Arifin setiap berbalik ke
kampung halamannya dan menanyakan keadaan orang tuanya, “Apakah Ibu dan Ayah baik – baik saja ?”Alhamdulillah Sehat
Selalu”, Betapa bahagianya
Arifin mendengar jawaban dari orang tuanya. Begitupun dengan orang tuanya yg
balik bertanya, Dia pun menjawab demikian dan menambahkan sepatah kata yaitu selama kalian berdua
mendo’akan anakmu ini, InsyaAllah Allah selalu melindungiku. Sedih yang dirasakan setiap melihat keadaan
orang tuanya, kapan ya saya bisa membalas semua yang telah beliau berikan hingga saat ini ?,”Pintanya dalam
hati”. Timbullah dalam benaknya seuntaian kalimat yang selalu juga dipanjatkan setiap dia berdo’a kepada Yang Maha
Kuasa, “ Ya Allah, begitu berat hidup ini untuk kujalani, berikanlah kemampuan dan
kekuatan untuk menjalani hidup ini. Ya Allah, jangan engkau mengambil beliau
sebelum hamba memberikan sesuatu yang berharga sesuai dengan harapan dan cita –
cita beliau sebagaimana dengan perjuangan yang telah
diberikan sehingga saya bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi seperti sekarang ini. Tunjukkanlah hambamu
ini jalan yang Engkau Ridhoi hingga hamba bisa menuju pintu keridhoanMu. Itulah seuntaian
kalimat yang selalu hadir disetiap kali Arifin berdo’a dan menjadi penutup dalam bingkai tulisan ini. Sekian dan terima
kasih
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusapa saja pertanyaan pada saat wawancara beasiswa kalla ?
BalasHapus