Pengalaman Di Kota Makassar Selama
3 Minggu Pertama Sebagai Mahasiswa Baru 2011 Di Universitas Negeri Makassar
Pada Fakultas Ekonomi, Jurusan Ekonomi , Konsentrasi Administrasi Niaga.
Minggu 1
:
Sebagai
Mahasiswa Baru ditahun 2011 atau bisa disingkat “MABA 2011” itu lebih
keren, saya memiliki banyak pengalaman menarik, meskipun masih kurang dari 1
bulan atau belum 1 tahun, Kota Makassar yang dikenal keramaiannya ternyata
menyimpan begitu banyak kejadian atau tragedi yang saya rasakan atau dialami.
Setiap hari kaki ini melangkah ke “Kampus Oranges” yang bernama
Universitas Negeri Makassar ( UNM ).
Keringat yang terus turun membasahi badan hingga menyerap ke dalam baju dalam
yang sedikit-sedikit membuat parfum yang disemprotkan ke pakaian menjadi
hilang, membuat hati ini ragu untuk mendekati si “Girls”.
Di
lain waktu, terjadi peristiwa yang begitu menhebohkan, kejadiannya ketika saya
& syamsul ( Sahabat dekat ) sedang melakukan perjalanan Sepanjang Jl.
Sultan Alauddin pukul 18.30 WITA untuk membeli buku dan pulpen ternyata dari
belakang ada laki-laki berjalan, entah mau kemana arah dan tujuannya, yang
nampak dari belakang tanpa sehelai benang atau kain. Begitu lucunya, karena
semua orang tertawa melihat penampilannya, kapan lagi ada tontonan gratis,”Kata
temanku”.
Hari
terus berlalu, begitu berjalan melewati setiap jalanyang ada di Kota Makassar.
Peristiwa baru nampak dari kos atau tempat tinggalku di Kota Makassar yaitu di
Jalan Sultan Alauddin IV, Kompleks Muhajirin No. 20, tepatnya di Kamar No. 07,
telah terjadi penculikan laptop, BB & Rapor SMA Di Sebelah Kamarku, yang
korbannya sendiri adalah temanku yang bernama Arfina ( Teman Satu Kosnya
Fajriani Ismail ) yang juga merupakan Mahasiswa baru Di Universitas Negeri
Makassar Di Jurusan Ekonomi, Konsentrasi Ekonomi Bisnis Pada Fakultas Ekonomi.
Pencuri tersebut sempat saya lihat, tetapi posisinya sudah berada di depan
gerban kos yang sudah sangat siap untuk mengendarai sepeda motor yang mereknya “Yamaha”
Jenis Matic “ Mio Soul” dan cepat-cepat ingin kabur dari tempat tersebut.
Ku ambil Handphone ( HP ) dan menelfon dengan segera menghubungi Fajri yang
masih berada di Jalan, tepatnya di Kantor TELKOM menuju “Kampus Orange”. Begitu
kagetnya, Fajri & arfina lari terbirik-birik menuju Kos membuktikan
kebenaran yang telah di sampaikan melalui Handphone. Di pikiran mereka sekarang
hanya pasrah dan ikhlas menerima semua yang telah terjadi. Namun, dengan cepat
melapor Ke Polisi, dengan hati yang bimbang kami berempat menunggu mobil yang akan
menuju Ke Kantor polisi Tamalate. Beberapa lama kemudian mobil sudah ada,
dengan segera kami langsung naik, eh ternyata kami dikasih turun di kantor
polisi yang salah, polisi-polisinya tertawa dan memberi tahu kami katanya”Kalian
Salah Alamat”. Akhirnya deh kami keluar dari kantor polisi yang salah
menuju kantor polisi yang sebenarnya.
Berikutnya
ada kejadian super unik di kos yang ditempati, ceritanya begini : Saya dari
Sumur mengambil seember air, ternyata pada saat sampai di pintu dan
melangkahkan kaki masuk di kos, tidak tahunya terpeleset dan jatuh ke lantai,
seember air yang saya bawa akhirnya tumpah dan membasahi seluruh badanku, itu
disebabkan karena seluruh lantainya baru dibersihkan jadi licin sekali.
Minggu
Ke 2
Seminggu
telah berlalu, di Kota Makassar inilah saya menghabiskan waktu untuk menuntut
ilmu dan menemukan banyak pengalaman. Kejadian baru telah terjadi di minggu
berikutnya, begini ceritanya : Hari Jum’at sore ada Mata Kuliah di kampus,
akhirnya bergegas ke kampus dan sesampai di sana banyak senior 2010 untuk
diminta tanda tangannya, tetapi salah satu senior menyuruh atau meminta bantuan
untuk memindahkan motornya, dengan segera kulompati pagar ruangan perkuliahan.
Akibat terlalu terburu-buru untuk melompati pagar, akhirnya celana yang saya
pakai robek di bagian belakang. Setelah itu, senior menyuruh kami masuk ke
ruangan dan memberikan permainan. Karena salah dalam permainan tersebut, saya
disuruh kedepan dengan celana robek, tetapi robeknya masih sedikit, mungkin
karena tidak mengetahui hal tersebut, saya ke depan dengan begitu santai.
Bunyi
Adzan menandakan dan menyeruhkan kita ke masjid Nurul Ilmi ( Masjid Kampus UNM
Gunung Sari ) untuk melaksanakan Sholat Ashar, setelah menyucikan diri dengan
mengambil air wudhu, ku langkahkan kaki memasuki masjid. Sholat Ashar pun kami
laksanakan, tetapi tiba waktunya “ Ruku’” ternyata ada bunyi sobekan yang saya
kira itu celana dalam “BOXER”. Selesai dari Shiolat, semua
di sekeliling bagian belakang, terlihat tertawa dan tersenyum entah apa yang
mereka tertawai. Keluar dari masjid semakin banyak orang tertawa dan bahkan
kawan-kawanku juga ikut tertawa yang ternyata mereka menertawai celanaku yang
robek bagian belakang dan begitu lebar. Terlihat dengan jelas celana “
Boxer” warna kuning terang.
Minggu
Ke 3
Disini
minggu ke 3, mungkin minggu yang paling sial lagi. Waktu itu, Saya dan Syamsul
sedang belanja perlengkapan LDKM Di INDO MODE pukul 22.00 WITA. Sepulang dari
Indo Mode Kami berdua berencana untuk jalan kaki saja menuju kos Di Alaudin IV.
Di pertengahan jalan ada orang yang mengaku dirinya sebagai polisi dan menyuruh
kita duduk di sampingnya. Anehnya karena kami patuh terhadap apa yang dia
suruhkan, semua barang-barang perlengkapan LDKM dan Handphone telah di ambil
tanpa di sadari alias “Hipnotis”. Kami sadar ketika
pencuri itu kabur dan meninggalkan tempat itu.
Demikianlah
pengalaman di Kota Makassar sebagai Mahasiswa Baru 2011 di Universitas Negeri
Makassar yang dapat saya bagi kepada para pembaca, semoga dapat mengambil
Hikmahnya, Aaaaaamiiiiiiiiiiin.
hahahahhaaaa lucunya........
BalasHapussmoga ini bisa m'jd pljran buat adik2 maba..
kodong...emang kasian jadi maba,, ga mw lagi..
BalasHapusUdh kapok jadi Maba, perjuangan yg menantang...
BalasHapuspngalaman yg lucuu... hehe
BalasHapusTentu donk...
Hapushehehe masa lalu yang menyenangkan
BalasHapusKenangan itu kak, bukan masa lalu yg suram..he.hee
Hapusmasa maba yang memberikan sensasi woooowwwwww.....
BalasHapusBisa di katakan begitu...
Hapusmasa maba yang memverikan sensasi woooooowwwww.....
BalasHapusBisa dikatakan begitu...
BalasHapus